Rabu, 14 Mei 2008

remedial ulangan harian 3

UNTUK II A 1 DAN II A2
1.BUATLAH ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA

UNTUK II IIA3 DAN II S 1
2.BUATLAH KLIPING ISI MATERI BERHUBUNGAN DENGAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

remedial ini bukan mengumpulkan cerpen, puisi, dan karya sastra lainnya tetapi artikel yang berhubungan dengan bahasa dan sastra Indonesia misalnya artikel di Koran republika, kompas yang memuat tentang bahasa dan sastra Indonesia. Atau di majalah HORIZON. Atau ke Pusat Bahasa yang di RAWAMANGUN

5 komentar:

yogi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
yogi mengatakan...

Kemerdekaan

Dianalogikan 200juta lebih burung perkutut dalam sangkar yang dipelihara oleh seorang majikan tua. Sang majikan ingin memberikan hadiah kepada salah satu burung perkututnya untuk merdeka–terbang ke angkasa dan menghadapi hidup tidak dalam sangkar lagi, melainkan lewat langit.

Namun sang burung takut dengan kemerdekaan itu. Ia tak sanggup, sebab ia sudah membayangkan betapa naifnya ia bisa bertahan hidup selamanya di luar sangkar karena banyak predator yang mengerikan. Sang perkutut surut. Tak mau terbang, padahal sang majikan telah membuka pintu sangkar dengan selebar-lebarnya.

Sang majikan marah. Berulangkali disebutnya sang perkutut dengan sebutan “bodoh!” Sang majikan berpendapat, perkututnya tak menghargai kemerdekaan padahal bangsa-bangsa di dunia sejak dulu kala bersimbahan darah demi kemerdekaan itu.

Berulangkali pula, sang majikan membentak perkutut, bahkan mengancam. “Jika tidak keluar, maka aku akan membunuhmu!” ucap sang majikan terhadap perkutut tersebut. Perkutut itu takut, kembali surut, ia tak mau merdeka dan akhirnya ia putuskan untuk membenturkan kepalanya ke pintu sangkar.

Sang majikan terkejut, perkututnya jatuh ke tanah tak bergerak lagi. Perkutut-perkutut lain melagukan kematian untuk mengiringi kepergian saudaranya. Sang majikan pun tak hentinya mengucapkan kata “bodoh” bagi perkutut yang mati. Dan ia pun seakan menasihati perkutut-perkututnya yang lain agar meresapi arti kemerdekaan itu.

Namun tiba-tiba, perkutut-perkutut lain mendobrak sangkar terbang jauh ke langit. Sang majikan terpana. Belum habis keterpanaannya itu, perkutut yang “Mati” tadi pun terbang menyusul saudara-saudaranya.

“Bukan kemerdekaan individu yang kami mau. Tetapi, kemerdekaan secara bersama yang kami ingini.”

Perkutut-perkutut itu pun dengan serentak mengarahkan duburnya dan berak di atas kepala majikannya itu.

Itulah pelajaran kemerdekaan dari Putu Wijaya. Dan disampaikan dengan gaya yang ekspresionis serta kental dengan jiwa teaternya.

by:yogi 11.a.3

Yudi's Blog mengatakan...

Salam, dari irhas ni bu

klas 11 ipa 2

Perkembangan sastra internet atau sastra cyber semakin menggembirakan. Dengan hadirnya situs-situs yang memuat berbagai karya sastra dalam berbagai bahasa. Sungguh menyenangkan. Sosialisasi karya sastra dapat menjangkau berbagai kalangan --tentu saja yang memiliki sambungan ke dunia cyber-- di seluruh penjuru dunia.

Selain lewat situs, para sastrawan juga men-sosialisasikan karya-karyanya lewat media mailing list. Mailing list yang digerakan oleh para sastrawan cyber di nusantara antara lain: msi-penyair, sastera_malaysia, gedongpuisi, puisikita dll.

Pada situs cyber sastra ini, dapat menikmati karya-karya terpilih dari beberapa sasterawan Indonesia (di waktu mendatang, akan kami tambahkan sasterawan dari beberapa negara). Silakan nikmati sajak-sajak lewat Taman Penyair. Jika anda menyukai cerita pendek jangan ragu-ragu klik saja: "Taman Dongeng". Dan bagi anda yang ingin mendapat gagasan atau pemikiran tentang sastra budaya, cobalah melihat ini: "Taman Gagasan".

Bagi anda yang ingin mengirim karya, silakan kirim ke: penyair@egroups.com.

Situs ini masih dalam pengembangan. Pada bulan April 2000 nanti, kami rencanakan untuk muncul dengan tampilan baru...



Salam,


WEBMASTER MSI


saya gak remed lagi ya??????

Yudi's Blog mengatakan...

Bu ni Yudianto
kElaZ 11 ipa 3



Sajak-sajak

Chairil Anwar



AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943



PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943



HAMPA

kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.



DOA

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943



SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...





SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946



CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946



MALAM DI PEGUNUNGAN

Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

1947



YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

1949



DERAI DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Bu gak remed lagi y

Art of Sabda mengatakan...

Puisi
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.

Baris-baris pada prosa dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.